Presiden Prabowo Ingin Kerja Ketertinggalan Pengguna Teknologi Di Sekolah
Ketertinggalan Pengguna Teknologi Di Sekolah – Sejak dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto menegaskan bahwa pendidikan menjadi salah satu sektor prioritas dalam upaya pemerataan dan peningkatan kualitas SDM. Salah satu fokus utamanya adalah mengatasi ketertinggalan teknologi di sekolah, khususnya di daerah terpencil, tertinggal, dan terluar (3T). Ini mencakup distribusi perangkat, digitalisasi metode pembelajaran, serta peningkatan literasi dan kapasitas guru. Berikut pemaparan komprehensifnya.
1. Latar Belakang: Mengapa Perlu Mengatasi Ketertinggalan Teknologi
Beberapa faktor yang mendorong kebijakan ini:
- Kesenjangan sarana & guru
Banyak sekolah di daerah terpencil belum memiliki perangkat teknologi memadai—misalnya layar digital, smart board, atau smart TV. Guru yang tersedia terkadang kurang mendapatkan pelatihan dalam metode pembelajaran digital. - Perbedaan kualitas belajar
Perbedaan akses teknologi menyebabkan kesenjangan kualitas antara sekolah di kota besar dan sekolah di desa/pelosok. Siswa di daerah tertinggal seringkali tidak mendapatkan akses materi pembelajaran terkini, atau guru unggul secara langsung. - Transformasi digital menjadi tuntutan zaman
Perkembangan global dan perubahan paradigma pembelajaran modern menuntut integrasi teknologi agar siswa tidak ketinggalan dalam kompetisi internasional. Teknologi dapat mendukung pembelajaran online, interaktif, dan memudahkan akses sumber daya edukasi.
2. Kebijakan & Program Pemerintah yang Diinisiasi Prabowo
Presiden Prabowo bersama kementerian terkait telah mengumumkan dan mulai melaksanakan beberapa kebijakan untuk mengatasi ketertinggalan teknologi:
Program / Kebijakan | Deskripsi | Sasaran Utama |
---|---|---|
Distribusi Smart Screen / Layar Pintar | Sebaran smart screen, smart TV, layar interaktif ke sekolah-sekolah, termasuk di pelosok, sebagai sarana visual & virtual learning. | Sekolah di daerah 3T, desa tertinggal, sekolah rakyat |
Smart Classroom / Papan Interaktif (Smart Board) | Pemerintah menunjukkan demo penggunaan papan interaktif di beberapa sekolah, sebagai bagian digitalisasi pembelajaran. | SD / SMP di wilayah dengan akses terbatas |
Percepatan Penyampaian Pelajaran Melalui Media Teknologi | Penggunaan teknologi (TV/ layar interaktif) untuk menyiarkan pelajaran terutama di sekolah yang kekurangan guru kompeten. | |
Sekolah Rakyat & Sekolah Unggul | Pendirian dan transformasi sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan, termasuk kualitas belajar berbasis teknologi. | |
Digitalisasi sekaligus Revitalisasi Infrastruktur Sekolah | Anggaran khusus untuk pembenahan sekolah, digitalisasi kelas, dan penyediaan perangkat teknologi serta konten. Misalnya revitalisasi 11.440 satuan pendidikan & alokasi anggaran untuk digitalisasi. |
3. Target dan Skala Program
Beberapa target konkret yang sudah ditetapkan:
- Sebaran 288.000 unit smart screen / smart TV ke sekolah-sekolah di pelosok sebagai bagian dari langkah nyata digitalisasi.
- Target 330 ribu sekolah menerima layar digital pintar pada tahun 2025.
- Anggaran besar telah dialokasikan: digitalisasi dan revitalisasi sekolah melibatkan dana triliunan rupiah.
4. Tantangan dalam Pelaksanaan
Meskipun niat baik dan program sudah dirumuskan, pelaksanaan menghadapi berbagai hambatan:
Tantangan | Penjelasan |
---|---|
Infra dasar yang belum merata | Banyak sekolah yang belum memiliki listrik stabil, jaringan internet, atau akses daya yang memadai. Tanpa itu, smart screen atau TV pintar tidak bisa berfungsi optimal. |
Kapasitas guru | Belum semua guru memiliki kompetensi digital atau keterampilan menggunakan perangkat interaktif, konten digital, dan pembelajaran virtual. |
Konten & Kualitas materi | Teknologi saja tidak cukup—materi interaktif dan metode pembelajaran harus tersedia, relevan, dan menarik agar teknologi benar-benar efektif. |
Pemeliharaan dan dukungan teknis | Perangkat teknologi memerlukan pemeliharaan, perawatan, dan ada biaya operasional; tanpa dukungan teknis di daerah, bisa cepat rusak atau tidak terpakai. |
Pendanaan dan efisiensi | Dana besar diperlukan, juga harus ada sistem transparansi dan pengawasan agar anggaran digunakan sesuai tujuan dan tidak terjadi pemborosan atau penyalahgunaan. |
Literasi digital di kalangan siswa & masyarakat | Tidak semua siswa dan wali/komunitas memiliki akses atau pemahaman tentang penggunaan teknologi pembelajaran, sehingga dukungan dan pelatihan diperlukan. |
5. Strategi Agar Program Teknologi di Sekolah Berhasil
Untuk memastikan program ketertinggalan teknologi ini tidak hanya menjadi wacana tetapi berdampak nyata, beberapa strategi yang perlu diperhatikan:
- Survei dan asesmen kebutuhan lokal
Sebelum distribusi perangkat, penting untuk melakukan survei kondisi sekolah: ketersediaan listrik, internet, pelatihan guru, dan kebutuhan spesifik daerah. - Pelatihan guru dan tenaga pendidik
Program pengembangan kapasitas guru dalam penggunaan teknologi pembelajaran interaktif, teknik mengajar digital, dan metodologi virtual. - Konten edukasi & media digital berkualitas
Penyediaan materi video, animasi, platform pembelajaran digital (misalnya “Ruang Murid”) yang interaktif agar siswa tertarik. - Sistem monitoring dan evaluasi
Pengawasan penggunaan perangkat, efektivitas pembelajaran, serta pengukuran dampak—seberapa banyak kualitas belajar meningkat, kesenjangan menurun. - Kolaborasi lintas lembaga
Kerjasama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, sekolah, komunitas, dan sektor swasta (misalnya penyedia teknologi) untuk memastikan semua pihak berperan. - Pemeliharaan & dukungan teknis lokal
Memastikan ada teknisi lokal, spare part, dan mekanisme servis agar perangkat bisa tetap dipakai dengan baik. - Kebijakan anggaran yang jelas dan efisien
Transparansi penggunaan anggaran serta alokasi yang memadai untuk biaya operasional teknologi, bukan hanya pembelian perangkat.
6. Implikasi & Manfaat Jika Berhasil
Jika strategi ini berhasil dijalankan secara baik, beberapa manfaat konkret berikut dapat diharapkan:
- Pemerataan fasilitas pendidikan → anak-anak di desa atau wilayah terpencil mendapatkan akses materi dan pengajaran berkualitas yang sebelumnya hanya tersedia di kota.
- Kualitas tenaga pendidik meningkat → guru-guru akan lebih mampu menggunakan metode modern, interaktif, dan memotivasi siswa.
- Motivasi belajar siswa meningkat → pembelajaran digital dan visual akan membuat siswa lebih tertarik dan aktif dalam belajar.
- Mengurangi kesenjangan pendidikan → baik dari segi kualitas guru, akses belajar, dan hasil akademik antara sekolah di pusat dan pinggiran.
- Persiapan menghadapi revolusi digital & persaingan global → siswa sejak dini terbiasa dengan teknologi, literasi digital, dan metodologi belajar inovatif.
Baca Juga : Telkom Percepat Transformasi Digital Telco Melalui Teknologi AI
7. Kritik dan Catatan Masukan dari Pakar
Beberapa masukan dari akademisi dan praktisi:
- Pakar pendidikan menekankan bahwa perangkat bukan jawaban tunggal jika tidak disertai penguatan sumber daya manusia dan konten edukatif. Kenyataan bahwa distribusi Smart TV atau layar pintar harus diiringi pelatihan guru.
- Bahwa distribusi perangkat harus disesuaikan dengan kebutuhan spesifik daerah, agar tidak menjadi pajangan (alat tidak dipakai) karena kondisi infrastruktur buruk.
- Penekanan terhadap literasi digital bagi siswa dan orang tua, agar teknologi yang dibawa bisa dimanfaatkan optimal.
8. Contoh Implementasi
Beberapa contoh nyata yang sudah berjalan:
- Demo Smart Board di SD Negeri Cimahpar 5, Kota Bogor, dimana siswa dan guru mencoba langsung kelas interaktif dengan papan digital.
- Program pembagian smart screen / smart TV ke sekolah 3T yang telah mulai pada tahun 2025.
- Revitalisasi sekolah dan anggaran mendukung digitalisasi pembelajaran oleh Kemendikdasmen.
9. Kesimpulan
Presiden Prabowo Subianto membuat teknologi salah satu pilar penting dalam upaya pemerataan pendidikan dan mengatasi ketertinggalan sekolah di daerah terpencil, tertinggal, dan terluar. Kebijakan pensadistribusian perangkat teknologi, penggunaan smart classroom, percepatan penyampaian materi menggunakan media digital, serta peningkatan kapasitas guru adalah langkah nyata.
Agar berhasil, diperlukan perencanaan yang matang, pelatihan sumber daya manusia, evaluasi, kolaborasi dan dukungan semua pihak. Jika strategi ini berjalan secara efektif dan konsisten, Indonesia bisa semakin memperkecil kesenjangan pendidikan dan melahirkan generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan.