Nokia Meriset Baru Akan Garap 5G Sampai 6G Berbasis AI

Nokia Garap 5G 6G Berbasis AI

Nokia Garap 5G 6G Berbasis AI – Nokia, salah satu perusahaan telekomunikasi dan penyedia peralatan jaringan terbesar asal Finlandia, terus memperkuat posisinya dalam revolusi jaringan seluler generasi mendatang. Mereka tidak hanya fokus pada pengembangan 5G dan 5G-Advanced. Tetapi juga menyiapkan teknologi 6G dengan fondasi AI (Artificial Intelligence) sebagai komponen inti. Artikel ini mengulas berbagai riset terkini, strategi, tantangan, dan implikasi dari upaya Nokia dalam menggabungkan AI dengan teknologi 5G/6G.


Latar Belakang & Kenapa Nokia Fokus pada AI di 5G & 6G

Beberapa faktor yang memotivasi Nokia:

  • Kebutuhan kecepatan, latensi rendah, kapasitas tinggi: Seiring bertambahnya aplikasi berat seperti real-time video, augmented reality (AR)/virtual reality (VR), internet of things (IoT), kendaraan otonom, dan penggunaan industri, jaringan harus mampu mendukung banyak data dengan waktu respons yang sangat cepat.
  • Dengan AI/ML (machine learning), banyak fungsi jaringan bisa dioptimalkan, dari pengaturan penggunaan spektrum, handover antar sel (cell), efisiensi energi, serta otomatisasi manajemen jaringan.
  • 5G-Advanced dan generasi selanjutnya tidak hanya soal peningkatan kapasitas dan kecepatan. Tapi juga adaptivitas dan kecerdasan: bagaimana jaringan bisa belajar dari kondisi lingkungan, perilaku pengguna, dan permintaan data. Lalu menyesuaikan performanya secara otomatis.

Riset & Inisiatif Terbaru Nokia yang Berkaitan

Berikut ini beberapa proyek dan inisiatif terbaru yang sudah/akan dijalankan Nokia terkait 5G/6G berbasis AI:

  1. Kampus R&D & Pabrik “Home of Radio” di Oulu, Finlandia
    Nokia membuka kampus riset dan manufaktur baru seluas ±55.000 m² di Oulu. Kampus ini akan fokus pada desain, pengujian, dan produksi radio access dan produk baseband untuk 5G dan 6G. Fokusnya termasuk hardware, software, paten telekomunikasi, dan standarisasi jaringan.
    Selain itu, kampus ini menggunakan energi terbarukan dan memiliki target rendah emisi.
  2. AI/ML-Enhanced Mobility dalam 5G-Advanced & Jalan Menuju 6G
    Nokia mempelopori studi penggunaan AI/ML untuk mobilitas pengguna jaringan (mobility), terutama dalam hal handover yang lebih mulus antara sel-sel jaringan, peralihan antar basis stasiun, dan mengurangi gangguan layanan. Teknik seperti “conditional handover”, “dual active protocol stack (DAPS)” dan “lower-layer triggered mobility” dikombinasikan dengan AI agar performa optimal.
    Risetnya termasuk Release-18 dan Release-19 dari 3GPP, yang menjadi landasan transisi dari 5G-Advanced ke 6G.
  3. Kolaborasi Internasional untuk Interface Udara AI (AI-Native Air Interface)
    Nokia bersama NTT Docomo dan perusahaan lainnya melakukan proof-of-concept untuk “AI-native air interface”, yang memungkinkan radios (pemancar & penerima) belajar dan menyesuaikan gelombang radio serta sinyal mereka berdasarkan lingkungan (interferensi, kondisi cuaca, kepadatan pengguna, frekuensi tinggi/sub-THz).
    Ini mencakup spektrum sub-terahertz untuk kapasitas tinggi dan potensi penggunaan di aplikasi XR/VR atau komunikasi real-time tingkat tinggi.
  4. AI Interoperability & Standardisasi
    Nokia bersama Qualcomm dan Bell Labs mengembangkan teknologi agar model AI yang berbeda (dari vendor berbeda) bisa saling bekerja Bersama (interoperable), termasuk pelatihan model secara berurutan (sequential learning) tanpa harus saling berbagi model secara penuh. Ini penting agar jaringan dengan perangkat atau subsistem AI yang berbeda tetap bisa berkoordinasi secara efisien.

Manfaat Integrasi AI dalam 5G/6G

Fungsi & Manfaat Integrasi AI dalam 5G/6G

Apa manfaat konkret dari riset Nokia menggabungkan AI dalam 5G/6G?

  • Optimasi penggunaan spektrum dan distribusi resource: AI mampu mengatur penggunaan frekuensi, pembagian bandwidth, dan densitas penggunaan sel (cell density) agar lebih efisien dan menghindari pemborosan.
  • Performa jaringan yang adaptif: Jaringan bisa merespons fluktuasi trafik/hampir mendekati real time: misalnya banyak pengguna di satu area, kondisi cuaca buruk, atau gangguan interferensi, AI bisa mengarahkan atau mengubah parameter agar layanan tetap stabil.
  • Efisiensi energi: AI bisa mematikan atau meredupkan bagian-bagian jaringan yang kurang digunakan, mengurangi konsumsi daya (energy saving) dalam situasi trafik rendah.
  • Pengalaman pengguna lebih mulus (latency rendah, kualitas tinggi) terutama untuk aplikasi seperti AR, VR, cloud gaming, remote surgery, kendaraan terhubung.
  • Peningkatan keamanan dan keandalan: AI bisa mendeteksi anomali dalam jaringan, serangan siber, atau kegagalan sistem, dan merespons secara otomatis.

Tantangan dan Hambatan

Meskipun potensinya besar, ada beberapa tantangan yang harus diatasi Nokia dan industri telekomunikasi pada umumnya:

  • Standarisasi & regulasi: Pembuatan spesifikasi 6G yang resmi melalui organisasi seperti 3GPP butuh waktu dan disepakati secara global. Frekuensi baru (terutama sub-THz) perlu regulasi politik dan teknis.
  • Kompleksitas teknologi: Menggabungkan AI di berbagai lapisan jaringan (radio, core, manajemen) memperkenalkan kompleksitas tinggi dalam hal interoperabilitas dan keandalan.
  • Persyaratan hardware & chip yang sangat tinggi, terutama untuk pengolahan AI di edge (jaringan lokal), radio, serta baseband, agar latensi rendah dan performa tinggi.
  • Keamanan & privasi data: AI memerlukan data besar; bagaimana menjaga privasi pengguna, mencegah penyalahgunaan, dan aman dari serangan siber adalah isu besar.
  • Biaya investasi & Infrastuktur: Pembangunan jaringan baru, fabrikasi chip, laboratorium pengujian memerlukan dana besar, tenaga ahli, serta dukungan kebijakan publik dan investasi jangka panjang.

Prediksi Waktu Peluncuran & Standarisasi

Dari berbagai sumber, berikut perkiraan fase-waktu yang diperkirakan:

  • 5G-Advanced mulai dikembangkan dan diimplementasikan lebih luas sekitar 2025 ke atas.
  • Spesifikasi awal 6G mulai dibahas dalam forum standardisasi (misalnya 3GPP Release 21) sekitar 2028.
  • Komersialisasi 6G diperkirakan akan muncul sekitar 2030 ke atas, tergantung keberhasilan penelitian, regulasi, dan perkembangan pasar.

Baca Juga : Semakin Berkembang, Negara Albania Menjadikan AI Sebagai Menteri Anti Korupsi

Implikasi untuk Pengguna & Industri di Indonesia & Global

Apa dampaknya bagi negara-negara, termasuk Indonesia?

  • Penyedia layanan internet lokal dan operator seluler harus mulai memikirkan investasi dalam infrastruktur jaringan yang mendukung 5G-Advanced dan persiapan 6G.
  • Permintaan terhadap perangkat keras (radio base station, antena, chip) yang mendukung AI akan meningkat.
  • Potensi munculnya aplikasi baru yang menuntut latensi rendah. Kecepatan tinggi dan layanan real-time (misalnya AR/VR lokal, cloud gaming, layanan industri cerdas, smart city).
  • Kebijakan pemerintah penting agar regulasi spektrum dan keamanan data mendukung evolusi teknologi ini.
  • Peluang industri startup dan riset lokal untuk ikut dalam ekosistem 5G/6G AI, termasuk di sisi software, algoritma, aplikasi, dan penggunaan domain lokal (bahasa, kondisi geografis, budaya).

Kesimpulan

Nokia kini melakukan riset dan pengembangan yang serius agar 5G tidak hanya sebagai sarana komunikasi data cepat. Tapi juga sebagai jembatan ke 6G yang “AI-native”. Dengan membuka kampus R&D baru, kolaborasi internasional, inovasi dalam air‐interface, dan fokus pada standarisasi. Nokia berharap bahwa 6G yang dibangun akan:

  • Menggabungkan AI dari lapisan paling bawah hingga atas (radio, core, manajemen),
  • Memberikan jaringan lebih adaptif, efisien, dan mampu melayani aplikasi masa depan yang menuntut tinggi,
  • Diluncurkan secara komersial sekitar tahun 2030, setelah fase standardisasi selesai.

Meski tantangan besar tetap ada—tentang regulasi, hardware, privasi, dan biaya—perkembangan ini menunjukkan bahwa dunia komunikasi bergerak menuju era baru di mana AI dan jaringan seluler tidak bisa dipisahkan.

Please follow and like us:
Pin Share

You May Have Missed

RSS
Follow by Email